Terpercaya. Pasang listing properti Free of Charge alias Gratiss !

Tantangan Perumahan Terjangkau di Kota Kapitalis: Poin Pemikiran Saskia Sassen tentang Penyediaan Hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) 

Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Tantangan Perumahan Terjangkau di Kota Kapitalis: Poin Pemikiran Saskia Sassen tentang Penyediaan Hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Saskia Sassen merupakan seorang ahli teori perkotaan terkemuka yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam bidang pembangunan perkotaan. Dalam karyanya, ia membahas tantangan yang dihadapi penduduk kota berpenghasilan rendah di tengah struktur perkotaan kapitalis. Kerangka pemikirannya memberikan wawasan tentang penyediaan perumahan bagi individu dan komunitas ini.

Salah satu tema sentral pemikiran Sassen adalah konsep “kota global”. Menurut Sassen, kota-kota global adalah pusat kegiatan ekonomi yang terlepas dari wilayah dan negara sekitarnya. Kota-kota ini dicirikan oleh tingkat ketimpangan yang tinggi, dengan penduduk berpenghasilan rendah seringkali terpinggirkan dari masyarakat perkotaan.

(Baca Juga: Pilihan Cerdas: Menavigasi Kelancaran Transaksi Real Estate dengan Kredit Rumah (KPR)  Syariah )

Dalam konteks ini, Sassen berpendapat bahwa penyediaan perumahan harus dilihat sebagai hak asasi manusia yang fundamental. Dia percaya bahwa kota harus mengambil peran aktif dalam memastikan bahwa semua penduduk memiliki akses ke perumahan yang aman dan terjangkau. Hal ini membutuhkan pergeseran dari model pembangunan perkotaan neoliberal yang berlaku, yang lebih menekankan pasar daripada kesejahteraan sosial.

Kerangka kerja Sassen juga menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam penyediaan perumahan. Dia berpendapat bahwa penghuni harus diberi suara dalam desain dan pengelolaan lingkungan mereka. Hal ini dapat membantu membangun rasa kebersamaan dan kepemilikan, yang dapat meningkatkan kohesi sosial dan mengurangi kejahatan dan kerusuhan sosial.

Unsur kunci lain dari pemikiran Sassen adalah gagasan “informalisasi”. Ini mengacu pada proses dimana penduduk berpenghasilan rendah terpaksa bergantung pada pengaturan perumahan informal, seperti squats atau slums. Menurut Sassen, permukiman informal ini seringkali merupakan akibat dari kurangnya pilihan perumahan yang terjangkau, serta kegagalan pemerintah dan pengembang untuk mengenali kebutuhan penduduk berpenghasilan rendah.

(Baca Juga: Smart City: Mengakselerasi Pembangunan Perkotaan Melalui Partisipasi Publik di Indonesia  )

Untuk mengatasi masalah ini, Sassen mengadvokasi pengaturan permukiman informal. Ini melibatkan pemberian pengakuan hukum kepada komunitas-komunitas ini, serta meningkatkan akses ke layanan dasar seperti air dan listrik. Dengan demikian, pemerintah dapat membantu meningkatkan kondisi kehidupan penduduk berpenghasilan rendah sekaligus mengurangi ketegangan dan konflik sosial.

Pemikiran Sassen juga menekankan pentingnya investasi publik dalam penyediaan perumahan. Dia berpendapat bahwa pemerintah harus mengambil peran aktif dalam menyediakan perumahan yang terjangkau, daripada mengandalkan pasar untuk melakukannya. Hal ini dapat melibatkan berbagai tindakan, termasuk subsidi langsung untuk penduduk berpenghasilan rendah, kemitraan publik-swasta, dan penggunaan lahan publik untuk pembangunan perumahan yang terjangkau.

Kesimpulannya, kerangka pemikiran Saskia Sassen memberikan wawasan berharga tentang penyediaan perumahan bagi penduduk kota berpendapatan rendah di tengah tatanan perkotaan kapitalis. Karyanya menekankan pentingnya mengakui perumahan sebagai hak asasi manusia, mempromosikan partisipasi masyarakat dalam penyediaan perumahan, mengatur permukiman informal, dan meningkatkan investasi publik dalam perumahan yang terjangkau. Dengan memasukkan ide-ide ini ke dalam strategi pembangunan perkotaan, kota dapat menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih adil dan berkelanjutan yang menguntungkan semua penduduk.

Join The Discussion

Compare listings

Compare
Mulai chat
1
Hai, Bisa kami bantu?
Hai, bisa kami bantu ?