Pasang Listing biaya Rp.0 alias Gratis
author
Call Us: +628581194219

Rumah Untuk Generasi Millennial. Alternatif Solusi

  • Admin oleh Admin
  • 6 tahun lalu
  • Tak Berkategori
  • 0
Rumah Untuk Generasi Millennial_credit photo Zun Zun

Rumah Untuk Generasi Millennial. Alternatif  Solusi

Generasi millennial: mereka yang lahir antara tahun 1980 dan 2000. Ciri yang melekat dengan generasi ini ialah kedekatannya dengan teknologi. Selalu menggenggam gawai dan setiap saat terkoneksi dengan internet, mendukung kemampuannya untuk berpikir kreatif dan  melakukan hal di luar pakem. Ini yang sering dianggap salah satu sisi positif dari generasi millennial ini.

Generasi millennial  berada paling depan  dalam memanfaatkan teknologi. Merekalah yang paling berpeluang membangun ekosistem berkreasi yang bergairah. Menguatkan  efek jejaring melalui interkoneksi diantara para pengguna platform dalam jumlah besar, dalam skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya, sebuah eco-synergy. Dus, peran sebagai  ‘game changer’ pun sering  disematkan pada generasi ini.

Di sisi lain, gaya hidup yang cenderung  hidup boros juga sering dialamatkan ke generasi  ini. Banyak menghabiskan waktu hang out bareng, travelling bahkan membelanjakan barang – barang  yang sebetulnya tidak menjadi kebutuhannya. Ada baiknya para millennial lebih bisa mengerem  ini. Lebih disiplin dan bertanggung jawab  adalah sedikit saran yang dialamatkan bagi para  millennial untuk memenuhi tujuan keuangannya.

(Baca juga : Di Alam Ketidakpastian. Menapaki Perubahan)

Dengan harga properti yang terus melonjak, yang naik  20% tiap tahunnya. Melesat   tak terkejar oleh  rerata kenaikan penghasilan yang hanya di 10% pertahun. Harga rumah pun dirasa makin melangit. Dus, kebutuhan  membeli rumah menjadi satu masalah yang dihadapi oleh banyak millennial. Untuk yang satu ini, persepsi mereka cenderung pesimis.  Beberapa temuan menyebutkan millennial banyak  berpenghasilan di kisaran 4 jutaan. Sementara kebanyakan harga rumah di Jakarta sudah diatas 480 juta :  hanya 1,76% rumah di Jakarta yang berharga kurang dari 300juta. Di harga 500 jutaan ini  artinya hanya bisa diakses  oleh mereka yang berpenghasilan lebih dari 12 juta sebulannya.  Disebutkan juga  pada 2016 ada 16,8% kaum  millennial yang mampu membeli rumah di kisaran harga ini, angka ini diprediksi jauh  menyusut jadi 2,7% pada 2020.

Rumah Untuk Generasi Millennial, harganya makin meroket, tak terjangkau oleh logistik finansial kelompok millennial. Bagaimana kemudian menyiasatinya?  Apa solusi nya agar rumah tetap bisa dijangkau  oleh mereka?

Kuatkan Niat Nabung DP

Masalah yang kerapkali dihadapi pekerja baru adalah membayar DP rumah. Para first jobber ini kekurangan dana untuk membayar uang muka rumah, padahal hampir mustahil bagi mereka untuk membeli rumah tanpa melalui kredit  bank. Dengan Cicilan DP ini diharapkan bisa bertahap menyelesaikan kewajiban uang muka dalam jangka waktu tertentu.  Caranya uang muka dari calon penghuni dicicil ke developer, setelah lunas dan dilakukan verifikasi persyaratan, calon  pembeli kemudian bisa lanjutkan cicilan KPR nya ke bank .   Skema ini biasanya diinisiasi oleh pengembang, karenanya  penting dipastikan bahwa  harga rumah telah disepakati sebelumnya, termasuk tenornya. Sisi resikonya, jika pemohon cicilan DP ini ternyata gagal  melunasi, uang DP yang telah dicil pun hangus.

Membeli rumah dengan mencicil DP memang membuat total harga rumah jadi lebih mahal, namun  jadi lebih dekat dengan tujuan membeli rumah. Juga jadi punya kerangka waktu pembayaran. Dalam hal ini model Reksadana Auto Invest juga bisa banyak membantu: Menyisihkan penghasilan secara otomatis untuk diinvestasikan  di instrumen reksadana, gain yang diperoleh kemudian bisa dipakai  untuk mencicil DP.

Dan satu lagi, baiknya tabungan disisihkan begitu terima gaji, agar tidak tergoda pemakaiannya untuk hal yang lain.

Ambil KPR dengan Tenor Paling Panjang

Bank menetapkan usia 55 tahun sebagai batasan untuk tidak bisa lagi mencicil kredit, ini kesempatan bagi para pekerja muda. Bagi mereka yang masih berusia bawah 30 tahun, dianjurkan untuk mengambil kredit dengan tenor terlama. Jangka waktu kredit rumah paling lama yang bisa diberikan bank adalah 25 tahun. Pertanyaannya, bukankah  dengan tenor yang lama, beban bunga cicilan pun jadi membengkak? Malahan bisa jadi bunga lebih besar dari pokokmya. Yang terjadi harga tanah dan bangunan cenderung naik terus –  pengecualian saat krisis Subprime Mortgage di Amerika tahun 2008 –  melebihi tingkat kenaikan  suku bunga. Ini pada banyak kasus bisa menjawab pertanyaan tadi. Harga tanah dan rumah ikut terkerek termasuk yang berlokasi Jabodetabek misalnya, apalagi di tengah kegiatan pembangunan infrastruktur dan pengembangan sistem transportasi kota dan regional

Beli Apartemen, Mendekat ke Akses Transportasi

Location is King. Sudah menjadi rahasia umum, keluarga kelas menengah di Jakarta menghabiskan sampai 25-30% penghasilannya hanya untuk kebutuhan transportasi. Lalu lintas semrawut yang macet, dengan kapasitas jalan tak sebanding, jauh di belakang tingkat pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor: sebuah pemborosan massal  uang , waktu dan energi.

(Baca juga : Pembangunan Rumah Rakyat  dan  Permukiman yang Berpusat pada Masyarakat : Berkolaborasi menjadi Merakyat)

Rumah dengan harga terjangkau – di kisaran 200 – 300  juta ternyata hanya bisa ditemukan jauh di pinggiran kota, yang sulit akses  ke mana – mana. Untuk lokasi yang lebih ke pusat  kota, dan relatif dekat dengan jarigan kereta commuter line maupun bus transjakarta,  pilihannya jatuh pada  hunian vertikal atau  apartemen. Dengan jangkauan transportasi yang lebih mudah, bepergian pun bisa dikurangi ongkosnya, sisa uang yang ada bisa dialokasikan untuk mencicil DP rumah misalnya. Apalagi sekarang menjadi trend pembangunan kawasan properti yang kompak dan mixed use yang terintegrasi dengan jaringan transportasi umum, serta membuat nyaman pejalan kaki. Ini yang  biasa dikenal dengan Transit Oriented Development (TOD). Perlu dicermati rekam jejak pengembnag , terutama bagaimana pola yang mereka jalin dengan pembeli properti mereka.

Kerja di Perusahaan dengan Insentif KPR

Ini memang sulit, tapi bukan berarti mustahil. Nyatanya memang beberapa perusahaan memberi fasilitas subsidi bunga KPR pada karyawannya, terutama di industri  perbankan. Keringanan bunga KPR menjadi bagian dari sistem penilaian dan promosi karyawanya.

Gunakan Pendapatan Ekstra

Ada beberapa sumber pemasukan lain yang lazim  digunakan untuk tambahan cicilan rumah. Millennial yang bekerja sebagai karyawan bisa menjadikan uang lembur, bonus, dan THR misalnya sebagai tambahan tabungan bagi cicilan rumahnya. Lagi – lagi perlu disiplin, agar tidak tergoda segera menghabiskannya. THR misalnya, jumlah nya cukup besar dan waktunya bisa direncanakan dengan baik, untuk dialokasikan ke kewajiban pembiayaan rumah Anda.

Rumah Untuk Generasi Millennial. Menarik untuk didalami. Generasi Millennial di jaman ini kesulitan membeli rumah? Bisa jadi ada persepsi semacam itu. Namun nyatanya masih ada banyak jalan yang bisa diupayakan untuk mengakses rumah impiannya.

Jakarta, 13 Agustus 2018, Team RumahDimana.com

Bergabunglah dengan Diskusi

Compare listings

Membandingkan