Rumah : Titik Tolak Sebuah Perjalanan
Ada banyak cara melihat rumah, tergantung sudut pandangnya. Umumnya rumah dilihat sebagai bentukan fisik: tumpukan bata keras dan adukan semen . Ini menjelaskan housing sebagai kata benda. Namun tentu saja arti sebuah rumah lebih dari itu. Housing adalah juga kata kerja, yang lebih banyak menyoroti proses. Rumah adalah tentang yang bisa dilakukan seseorang, atau beberapa orang saling membantu. Yang semula tanah kosong, dibuatkan bangunan diatasnya. Sampai kemudian punya makna dan berarti bagi hidup seseorang. Lahirnya kehidupan, bisa dibilang begitu.
“House turn into a home only when you put your soul in it..”
― Mehmet Murat ildan
Tak sekedar produk investasi dengan yield tertentu, apalagi jadi komoditi spekulasi. Rumah yang layak menjdi tumpuan banyak orang untuk membesarkan keluarga, memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. Dalam lingkup yang lebih kecil, rumah menjadi wadah bagi aktualisasi diri. Rumah juga menjadi basis bagi pengembangan keluarga. Untuk saling belajar: asah asih dan asuh. Sementara di lingkup yang lebih besar, rumah juga jadi basis bagi ruang hidup komunal. Rumah yang hidup dan terus tumbuh sebagai cerminan mimpi dan hasrat.
Baca juga : Kebijakan Perumahan : Haluan Baru Menjawab Tantangan
Rumah jadi bisa menggambarkan tentang kampung halaman, yang dihargai bukan karena kemegahannya. Rumah yang justru menemukan kesejatiannya di momen – momen penting, seperti menjelang Lebaran yang fitri ini. Bercanda dengan mimpi saat kecil, reuni dengan harapan: keluarga besar, karib di waktu kecil. Apalagi di saat menjelang momen listimewa saat ini, bayangan tentang rumah yang membuat kita lebih hidup. saat kita lebih menghargai perjalanan kita, yang mewarnai pikiran kita. A journey .
- Romi Romadhoni, MDP
He is an urban planner and sociopreneur, and can be reached at m.romadhoni@gmail.com and twitter : @romi_mr