author
Call Us: +628581194219

Asian Games Jakarta Palembang 18.08.18. Apa Artinya bagi Properti.

  • Admin oleh Admin
  • 6 tahun lalu
  • Tak Berkategori
  • 0
Asian Games Jakarta Palembang 18.08.18

Asian Games Jakarta Palembang 18.08.18. Apa Artinya bagi Properti.

Oleh Mohammad Romadhoni, MDP

Demi mendukung suksesnya Olimpiade 1988, Pemerintah Korea Selatan pun membangun jaringan baru kereta bawah tanah. Sebuah stasiun subway juga didirikan di dekat  lokasi: sebuah  area pemugaran bagi berdirinya Kota Baru, yang  dilengkapi dengan 57,000 unit apartemen. Masif.  Sebagai konsekuensi nya, ada 1100 rumah di area seluas  4 hektar yang termasuk dalam lingkup proyek dan terancam digusur.

Hal yang sama dilakukan di  Brazil misalnya, untuk mendukung event Piala Dunia 2014,  US$ 12 miliar sudah dihabiskan bagi investasi di sektor transportasi kota, pelabuhan, bandara, stadion dan infrastruktur pariwisata. Sepenggal cerita yang memberi gambaran bagaimana hajatan besar memberikan dampak luas pada sektor properti.

Dalam hitungan 20 hari-an lagi, Jakarta dan Palembang  juga kebagian menggelar hajatan  akbar olahraga skala Asia. Asian Games Jakarta Palembang 18.08.18 yang dimulai 18 Agustus 2018 sebagai ajang tanding  15.000  atlet dan juga dihadiri 7000 offcials dari 45 negara. Anggaran 6,6 triliun Rupiah digelontorkan untuk menyukseskan Asian Games ke 18 ini.

Di tengah  kondisi properti nasional yang seperti kurang energi. Tingkat kekosongan ruang kantor di tahun 2017 melonjak ke 21,5%, dari semula di 15,7% di 2016. Sementara, generasi muda millenial lebih memilih mengontrak rumah daripada membeli. Dan cenderung menghabiskan tabungannya untuk travelling dan kuliner.

(Baca Juga:  Kebijakan Perumahan : Haluan Baru Menjawab Tantangan )

Asian Games ibarat segelas minuman jeruk segar dingin bagi pelari jauh tengah kehausan. Euforia.   Acara besar  yang bisa membuka banyak kesempatan. Berbagai peluang properti. Sebuah tawaran yang tak bisa ditolak. Pagelaran Asian Games  diharapkan bisa menjadi booster yang mendorong sektor ekonomi dan perdagangan, termasuk properti. Seperti hujan sehari yang menyelingi panas setahun. Tak berharap dampak jangka panjang, namun setidaknya bisa seketika memunculkan kesegaran.

Kendaraan Antaran. Juga Momentum

Kenapa demikian? Berkaca pada Seoul dengan Olimpiade nya.  Rio maupun Johannesburg dengan Piala Dunianya, penyelenggaraan even besar berskala internasional seperti  Asian Games ini diasosiasikan dengan  pembangunan infrastruktur yang jor-joran. Pun di Jakarta dengan jaringan baru LRT  (sudah beroperasi di Palembang), kereta massal   bawah tanah dan dedicated bus lane (transjakarta). Inisiatif ini seperti lokomotif besar yang menarik sektor – sektor lainnya, – termasuk properti- agar bisa lebih produktif. Tambah lagi , respon yang hampir pasti dilakukan oleh pemerintah kota adalah mempercantik kota, meski seringkali sebatas kulit. Namun ini adalah kesempatan untuk menarik perhatian orang banyak ke arah wajah baru kota.

Asian Games Jakarta Palembang 18.08.18 membuka pintu jalan, agar  pasar properti di kota  tuan rumah jadi lebih terekspos pada wajah – wajah  pasar baru, juga investor baru. Banyak delegasi  berkunjung, berbagai  awak  media yang datang. Jika mereka tertanam kesan yang baik selama disini, punya arti mendalam,  tentu  menjadi efek getok tular yang bisa menguntungkan. Ini berlaku  juga di sektor properti. Pentingnya ketersediaan penginapan dan akomodasi untuk mendukung  sukses acara, tidak hanya membuat hotel dan penginapan konvensional  menangguk untung. Berkat meluasnya platform digital semacam AirBnB, tentu membuat kamar – kamar  di rumah dan unit apartemen yang selama ini ‘nganggur’, jadi bisa ikut  terpompa. Bergairah kembali.  Belum lagi aktivitas ekonomi yang lain:  kuliner, pemandu wisata, cenderamata, jasa penerjemah, kebutuhan transportasi, dan lainnya. Sebuah multiplier effect.

Perlu diperhatikan agar hajatan ini tak semata mendongkrak citra kota tuan rumah, namun juga bagaimana bisa ikut menguatkan daya saing properti. Ikut mengerek kapasitas aktor – aktor propertinya  untuk lebih bisa berkolaborasi, untuk menjadi  produktif secara  lebih berkesinambungan.  Mengutip tulisan Renald Khasali, pemasaran properti yang sebelumnya menekankan brand dari pemain – pemain besar, diharapkan bisa beralih lebih ke arah experience economy, ekonomi   terkait sektor properti yang berbasis experience atau kesan. Dalam hal ini membangun kanal bagi pasar – pasar baru menjadi penting, sebab ekonomi yang berbasis kesan ini sangat bisa dikelola menjadi produktif, yang menggulirkan efek bola salju keterlibatan.

(Baca juga : Pembangunan Rumah Rakyat dan Permukiman yang Berpusat pada Masyarakat )

Yang jadi soal adalah, perkembangan properti  tak bisa pakai budaya ego sektoral:  hanya didorong oleh laju mesin infrastruktur misalnya. Namun mutlak perlu dibarengi  intervensi yang  lain :  tata kelola  governance nya, penataan lingkungan hidup, karaker sosial  serta pusat pusat aktivitas ekonomi yang baru. Sebuah model holistik agar  bisa memberikan dasar perkembangan yang berjangka panjang.

Lebih dari itu, dengan memanfaatkan even ini, properti bisa  dikelola agar tak terpaku sebatas  produk properti. Tantangannya bagaimana memanfaatkan  ini sehingga bisa diramu dengan jualan tema dan lokasi. Dikemas menjadi tuturan kisah yang menarik.   Diolah menjadi diversifikasi produk untuk memberikan daya pancal properti ke tingkatan tingginya yang baru.

Jakarta, 28 Juli 2018

  • Romi Romadhoni, MDP

 He is an urban planner and sociopreneur, and can be reached at m.romadhoni@gmail.com and twitter : @romi_mr 

 

Bergabunglah dengan Diskusi

Compare listings

Membandingkan