Solusi Lestari Berkelanjutan bagi Permukiman Informal di Indonesia: Pembelajaran dari Favelas di Brasil
Permukiman informal, yang dicirikan oleh sifatnya yang genting, tak beraturan, jauh dari terencana dan absennya pengakuan hukum, merupakan tantangan yang signifikan di banyak negara berkembang: India, Brasil, Kamboja, Thailand, termasuk Indonesia tentunya. Urbanisasi yang cepat dan terbatasnya akses ke perumahan yang terjangkau serta kebijakan perumahan nasional yang banyak berpihak pada korporasi pemodal besar telah menyebabkan menjamurnya permukiman informal.
Deretan label dan stigma sepihak banyak merugikan warga yang tinggal di kampung – kampung informal ini : acapkali dicap pembuat masalah, bahkan sarang kriminal, tak mau diatur dan masih banyak lagi. Ada studi menyebut, pertumbuhan kampung – kampung informal ini bahkan 2 kali lebih cepat ketimbang permukiman formal. Dalam mengatasi masalah ini, sangat penting untuk mencari solusi berkelanjutan yang memprioritaskan kebutuhan dan hak warga menggunakan pendekatan yang lebih demokratis, memampukan dan inklusif.
Artikel ini mengkaji pelajaran yang dipetik dari favela di Brasil, dengan memanfaatkan kerangka pemikiran Teresa Caldeira, seorang konsultan pembangunan internasional terkemuka. Dengan menerapkan kerangka kerja Caldeira, kami coba mengidentifikasi strategi untuk memberikan solusi berkelanjutan bagi perumahan informal di Indonesia.
Pengertian Permukiman Informal di Indonesia:
Perumahan informal mengacu pada permukiman tidak terencana yang muncul tanpa pengakuan hukum atau akses yang memadai ke layanan dasar. Seringkali fisik bangunannya pun dibawah standar. Di Indonesia, urbanisasi yang cepat, migrasi desa-kota, dan terbatasnya pilihan perumahan yang terjangkau serta kebijakan perumahan nasional yang lebih pro-kapital, telah memicu pertumbuhan permukiman informal yang eksponensial. Mengenali kompleksitas dan dinamika sosio-ekonomi permukiman ini sangat penting untuk merancang intervensi yang efektif.
Kerangka Pemikiran Teresa Caldeira:
Pemikiran kerangka kerja Teresa Caldeira menekankan pentingnya memahami konteks sosial-politik dan budaya dalam membentuk permukiman informal. Karyanya tentang favela di Brasil menawarkan wawasan berharga tentang dinamika perumahan informal dan potensi pembangunan berkelanjutan. Dengan menerapkan kerangka kerja Caldeira pada konteks Indonesia, kita dapat mengembangkan strategi yang konteks spesifik demi mengatasi tantangan yang dihadapi permukiman informal, yag skalanya terus membesar.
Perencanaan dan Desain Partisipatif:
Melibatkan warga dalam perencanaan partisipatif dan proses desain sangat penting untuk intervensi yang berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pengetahuan dan kebutuhan mereka dapat diintegrasikan ke dalam rencana pembangunan. Pendekatan yang tidak saja berpihak , namun juga berpusat pada warga. Pendekatan partisipatif memastikan bahwa solusi sesuai konteks, memberdayakan warga dan menumbuhkan rasa memiliki.
Peningkatan dan Formalisasi:
Proses peningkatan dan formalisasi melibatkan perbaikan kondisi fisik, sosial, dan ekonomi permukiman informal sambil memberikan pengakuan hukum kepada penduduk. Inisiatif peningkatan berfokus pada penyediaan akses ke layanan dasar, perbaikan infrastruktur, dan peningkatan kualitas perumahan. Proses formalisasi berupaya mengamankan kepemilikan tanah, memastikan bahwa penduduk memiliki hak hukum atas rumah mereka dan dapat mengakses layanan penting. Yang perlu diperhatikan, dari proses formalisasi ini adalah , jangan sampai jadi proses yang justru ‘menggencet’ warga miskin, meminggirkan mereka dari penyediaan pelayanan dan hak-hak dasarnya.
Integrasi Sosial dan Ekonomi:
Mencapai solusi berkelanjutan untuk perumahan informal membutuhkan penanganan integrasi sosial dan ekonomi. Ini melibatkan penyediaan akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, kesempatan kerja, dan layanan sosial di dalam atau di dekat pemukiman. Bagaimana agar komunitas pra-sejahtera ini bisa terbebas dari isolasi yang semakin memiskinkan mereka. Mendorong kegiatan ekonomi dan kewirausahaan juga dapat meningkatkan mata pencaharian penduduk dan berkontribusi memperkuat kesejahteraan jangka panjang mereka.
Ketahanan lingkungan:
Pertimbangan lingkungan sangat penting dalam mengembangkan solusi berkelanjutan untuk perumahan informal. Memasukkan infrastruktur hijau, mempromosikan efisiensi energi, dan menerapkan sistem pengelolaan limbah dapat meningkatkan jejak lingkungan permukiman. Mendorong praktik berkelanjutan dan meningkatkan kesadaran tentang pengelolaan lingkungan di antara penduduk berkontribusi pada ketahanan permukiman informal secara keseluruhan.
Tata Kelola Kolaboratif dan Kemitraan:
Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, organisasi nirlaba, akademisi, dan sektor swasta, sangat penting untuk memberikan solusi berkelanjutan bagi perumahan informal. Sebagai antitesis dari pendekatan topdown yang instruksional dan satu arah. Model tata kelola kolaboratif mempromosikan kerja sama, berbagi pengetahuan, dan mobilisasi sumber daya. Kemitraan dengan organisasi internasional dan lembaga donor dapat memberikan keahlian yang berharga dan dukungan keuangan untuk melaksanakan intervensi berkelanjutan, berpihak pada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) serta lebih lestari.
Belajar dari Favelas di Brasil:
Pengalaman Brasil dengan favela menawarkan pelajaran berharga untuk mengatasi tantangan perumahan informal. Pelaksanaan proses perencanaan, peningkatan, dan formalisasi partisipatif telah menghasilkan hasil yang positif dalam meningkatkan kondisi kehidupan dan mendorong pemberdayaan masyarakat. Dengan menyesuaikan pelajaran ini dengan konteks Indonesia, pembuat kebijakan, perencana kota, dan praktisi pembangunan dapat produktif menggalang keterlibatan warga. Serta mampu merancang strategi yang efektif bagi pembangunan lestari berkelanjutan.
Kesimpulan:
Memberikan solusi berkelanjutan untuk perumahan informal di Indonesia membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan sesuai konteks. Dengan mengadopsi pemikiran kerangka kerja Teresa Caldeira dan mengambil pelajaran dari pengalaman Brasil dengan favela, Indonesia dapat mengembangkan strategi yang memprioritaskan perencanaan partisipatif, peningkatan, integrasi sosial dan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan tata kelola kolaboratif. Dengan memberdayakan masyarakat, memastikan penguasaan lahan, dan menyediakan akses ke layanan mendasar , kita dapat menciptakan solusi perumahan yang inklusif dan tangguh yang meningkatkan taraf hidup mereka yang tinggal di permukiman informal.