Saat Satu Pintu Menutup, Pintu Lainnya Membuka : Menyiasati Gejolak Perlambatan Ekonomi
Ekonomi semakin mengglobal, melampaui batas negara. Semakin borderless. Teknologi sebagai mesin pendorongnya. Ia tidak hanya melahirkan cara baru memproduksi barang dan jasa, namun juga secara dramatis merubah bagaimana barang dan jasa itu diciptakan, diproduksi, didistribusikan, dipertukarkan serta dikonsumsi. Ekonomi menjadi jauh lebih kompleks, lebih multidimensional. Hirarki pun menghilang , berganti wirearchy. Konstruksi lama untuk mengakses sumberdaya dan pengetahuan sudah jadi usang. Ditandai pasar properti yang makin volatile. Ekonomi juga menjadi kian rentan.
Efek kupu – kupu semakin nyata. Kepakan sayap kupu-kupu di New Mexico bisa menyebabkan angin topan di China. Riak resesi ekonomi di satu sektor di satu wilayah, bisa menggelinding, menjelma menjadi goncangan ekonomi di belahan dunia lain. Terjadinya barangkali perlu waktu lama, tapi keterhubungannya semakin nyata.
Perlambatan ekonomi global nyata adanya, dan menginjak fase downturn-nya. Suku bunga yang terus naik di tengah ketegangan perang dagang global. Gejolak ekonomi mulai berderak menyapu semua. Kerentanan resesi ekonomi ini bukan tanpa alasan. Singapura telah memasuki masa resesi,sebagai salah satuparameter ekonomi dunia, Singapura hanya tumbuh 0,6% di kwartal III 2019, dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Tumbuh hanya 0,1% year on year. Dampaknya bagi kita perlu diantisipasi, sebab Singapura adalah pintu investasi ke Indonesia. Gejolak di HongKong juga jadi pemicu kerentanan, banyak investor yang mengalihkan uangnya ke Singapura, dan Singapura pun sedang resesi, mengutip ekonom INDEF Bhima Yudhistira. Resesi ekonomi sudah di depan mata.
Gejolak Resesi Ekonomi Menerpa Properti. So What?
Pertanyaannya kemudian, bagaimana menemukan model investasi yang elusive, yang masih bisa memberikan return di tengah ekonomi yang amat fluktuatif. Bagaimana beraktivitas properti yang lebih bisa bertahan dari terpaan gejolak ekonomi. Apa respon terbaik yang bisa kita lakukan saat pasokan rumah meningkat, sementara sisi permintaan jauh melemah. Harga pun ikut merosot . Pasar properti terjun, bergerak ke selatan?
Faktanya tidak ada model produk properti yang sama sekali kebal terhadap krisis. Tidak ada kategori properti yang imun terhadap resesi. Namun jika dikaji agak mendalam, ada beberapa model produk properti yang punya kemampuan lebih baik dalam merespons perlambatan ekonomi, dibandingkan produk properti lainnya.
(Baca juga : Bisnis Properti: Investasi Tanah atau Rumah, Mana Paling Menguntungkan? )
Saat siklus properti memasuki fase perlambatan. Artinya buyer’s market, pasar bagi pembeli. Pembeli lah yang saat ini mengendalikan pasar. Harga meluncur turun, produk propertipun banyak banting harga.
Asumsi bahwa pasar properti dimana saja kondisi nya sama, tidaklah benar. Faktanya gejolak pasar di satu wilayah, tidak kemudian berarti sama kondisinya di wilayah lain. Gejolak properti dipengaruhi oleh faktor – faktor, dan tidak di setiap daerah faktor tersebut ada. Karenanya penting untuk bisa men-scan properti di daerah mana yang masih berprospek? Karakter produk properti seperti apa yang masih bisa disandarkan?
Properti yang Melayari Gejolak Resesi Ekonomi
No mater cold the winter, there’s a spring time ahead
– Pearl Jam
Telur yang pecah dari dalam jadi penanda kehidupan baru. Bisa jadi gejolak ekonomi justru menciptakan peluang baru bagi mereka pewirausaha yang inovatif. Perlu penyesuaian di sana sini tentunya. A persistent fine-tuning. Nilai rumah yang merosot, serta pasar properti yang bearish sebetulnya bisa dimanfaatkan untuk membuka jalan bagi deal investasi properti yang memuaskan, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi ke depannya.
Seperti disebut sebelumnya, ada kriteria properti tertentu yang diharapkan bisa memberikan titik terang saat gejolak ekonomi. Dari yang sudah –sudah, properti dengan kualitas baik lebih bisa diharapkan. Pemeliharaan yang baik bisa banyak membantu dalam hal ini.Demikian juga dengan properti yang langka di pasar. Produk properti yang klop dengan niche market, memberikan banyak pembeda dari sisi lokasi: properti di lokasi unik dengan pasokan terbatas. Demikian juga dengan ukuran kavling sebagai faktor pembeda misalnya. Faktor Resiko tetap harus diawasi gerak –geriknya, sebab biar bagaimanapun, tidak liquid merupakan karakter utama properti, selain ia rawan mengalami penyusutan.
Properti yang punya potensi memberikan arus pendapatan yang stabil, ‘steady stream of income’ juga bisa diharapkan. Ini menjadi aset penting seiring upaya kita mengarungi gejolak ketidakpastian ekonomi. Model rumah yang multi keluarga juga bisa dijajaki, sebab ia berpotensi memberikan pendapatan pasif.
(Baca juga : Perumahan Rakyat : Menghidupkan Kembali Mimpi Lama)
Ekonomi yang bergolak juga jadi kesempatan berkonsolidasi. Fokus untuk mendongkrak kapasitas organisasi bisnis dan pengetahuan bersama, untuklbisa membuka pasar baru di tengah tantangan. Daripada hanya menunggu sampai situasi membaik, ini justru saat yang baik untuk bertindak, memperbaiki sisi operasional, menggenjot posisi bersiap bagi fase pertumbuhan berikutnya, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi.
Banyak yang bilang, realitas senantiasa dinamis, dan terus saja mencari keseimbangan yang baru. Saat satu pintu menutup, pintu lainnya sebetulnya sedang membuka. Determinasi , ketekunan dan konsisten untuk bertindak inovatif, berpikir out of the box, dan bertindak adaptif menyiasati perubahan. Ini yang dipercaya bisa terus ditaat asasi untuk menapaki jalan yang berbeda, ke arah peluang dan horison yang sama sekali baru.
- Romi Romadhoni, MDP
He is an urban planner and sociopreneur, and can be reached at m.romadhoni@gmail.com and twitter : @romi_mr